Bermula dari Malang, Sound Horeg muncul sebagai ajang pawai sound dengan kapasitas volume yang optimal. Keras dan menggelegar, merupakan esensi dari wujud Sound Horeg. Sound Horeg pada umumnya dapat ditemukan, di pesta pernikahan, pawai arak – arakan desa, hingga event komunitas. Adapun perayaan pertemuan antar komunitas Sound Horeg, yang digelar di tanah lapang. Sound Horeg seakan menjadi budaya populer, yang sukses menghipnotis kalangan remaja.

Seiring perkembangan Sound Horeg yang semakin massif. Kemenkunham Jawa Timur mendukung atas diberikannya HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Karena sebuah identitas, hal ini yang menjadi fundamental Sound Horeng berpotensi mendapatkan HAKI.
Perencanaan pemberian HAKI dari Kemenkunham Jawa Timur, tidak diperuntukkan untuk perorangan, melainkan komunitas Soung Horeg. Perencanaan ini diperkuat karena Sound Horeg memiliki nilai perangkat sistem yang terbilang unik. Tentunya menyangkut ciri khas budaya daerah.

Dari segi kesehatan, Sound Horeg memiliki tingkat kebisingan 135 desibel. Angka ini melampuai batas kebisingan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia.
Dari fenomena yang merupakan dampak dari Sound Horeg, Kemenkunham Jatim jangan sampai gegabah dalam mengajukan HAKI. Regulasi harus dirancang secara matang. Sound Horeg yang dinilai sebagai kretivitas, jangan sampai menentang norma sosial yang berlaku.