Refleksi Tembang “Hari Lebaran”, Suguhkan Kemenangan dan Kebahagiaan di Hari Lebaran
Saya berharap tulisan opini ini, dimuat oleh redaksi Metamusika pada hari ke-dua lebaran. Ternyata memang sesuai espektasi, diterbitkan awal April 2025. Sehari menjelang lebaran, saya ditarget menulis untuk rubrik Hangover Democracy. Temanya perayaan lebaran. Saya berusaha mengulik, tentang apapun yang berkolerasi dengan lebaran. Tentunya lebaran dan demokrasi.
Selapas menunaikan zakat fitrah, saya teringat tembang ciptaan Ismail Marzuki. “Hari Lebaran” itu tajuk tembangnya. Memang tidak dapat dipungkiri, “Hari Lebaran” merupakan bentuk dimensi berupa tembang yang memotret suasana perayaan Idul Fitri di Indonesia.
Ismail Marzuki, memang sosok komposer yang memiliki jiwa patriotik tulen. Menelisik dibalik tembang ciptaannya (Hari Lebaran), ia tidak hanya menulis akan esensi dibalik tradisi lebaran khas Masyarakat Indonesia. Tetapi juga menyisipkan kritik sosial didalamnya.
Menginjak 1950-an, kondisi Indonesia pesat akan Pembangunan. Pembangunan sistem pemerintahan, sumber daya manusia, hingga infrastruktur. Maklum baru merdeka, separuh dekade. Dibalik pembangunan tersebut, tradisi setiap lebaran masih saja bergulir setiap tahunnya. Hilir mudik masyarakat desa ke kota, datang untuk menikmati kemegahan kota dengan tremp listrik.
Sebaliknya orang kota, memiliki cara tersendiri dalam menyambut lebaran. Kesempatan itu, dibuat untuk berjudi dan meneguk brendi. Ini merupakan potret kesenjangan sosial antara masyarakat kota-desa. Tentunya konotasi negatif terhadap praktik urban menjadi satir dalam tembang ini. Tak cukup menyinggung persoalan kesenjangan sosial. Sentilan tentang korupsi, juga menjadi esensi dalam tembang “Hari Lebaran”. “Korupsi Jangan Kerjain” merupakan penggalan lirik penutupnya.
“Hari Lebaran” memang menjadi tembang yang relevan hingga kini. Suasan merayakan kemenangan, yang seharunya terasa saat lebaran. Seketika akan menjadi sebuah kekalahan (kemenangan tertunda), jika kesenjangan sosial dan praktik korupsi semakin merajalela. Saya kembali menengok kabar Indonesia. Sudah sampai mana Danantara ?. Bagimana serba-serbi open house di Istana Negara ?. Apakah RUU Perampasan Aset akan segera diberlakukan ? sembari legislator grusah – grusuh mengesahkan revisi UU TNI.
