Peningkatan Ekonomi Domestik, Refleksivitas Jempol Purbaya
Purbaya selalu memberikan jempol kepada siapapun. Kepada para wartawan, ia berikan jempol. Kepada ibu – ibu yang meminta foto bersama, ia berikan jempol. Bahkan kepada 18 gubernur yang menuntut TKD (Transfer ke Daerah), ia juga berikan jempol. Purbaya memberikan jempol ke seluruh rakyat indonesia. Kepada siapapun ia berikan jempol. Jempol Purbaya seakan memiliki kekuatan magis, yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sederhananya, magis yang dimaksud merupakan signal konektivitas yang menguatkan sikap optimistis terhadap yang diberikan jempol.
Memberikan jempol, memiliki simbolik yang disinyalir dengan nilai positif. Semisal mendapatkan sebuah kepuasan, dengan nilai jempol. Memberikan apresiasi dan pujian, dengan mengacungkan jempol. Adapun isyarat dukungan hingga pemberian semangat, diberikan melalui acungan jampol. Bahkan dalam budaya Jawa, jempol memiliki tingkat kesopanan daripada jari telunjuk. Dalam beberapa konteks definisi jempol, selalu dikaitkan dengan kualitas baik atau yang terbaik. Jempol Purbaya, seakan mewakili dari keseluruhan filosofi yang ada.
Sebagai menteri ekonomi dibawah komando Presiden Prabowo. Purbaya memikul tugas berat dipundaknya, ekonomi harus tumbuh 8 persen pada 2029. Target pertumbuhan tersebut merupakan bentuk optimisme Presiden Prabowo, dalam membangun legacy pada bidang ekonomi. Tentunya mencapai pertumbuhan ekonomi dalam angka tersebut. Tidak sebatas mengoptimalkan peluang ekonomi global, ataupun efesiensi anggaran pelaksanaan program. Purbaya lebih menekankan, pertumbuhan ekonomi domestik merupakan lokomotif sesungguhnya. Bagi Purbaya mengejar target 8 persen bukan hal yang mudah. Namun tetap realistis jika seluruh lembaga pemerintahan, menjalankan dengan solid dan konsisten.
Pertumbuhan ekonomi tercermin dari kenaikan PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Memang tidak dapat dipungkiri, Purbaya menyusun dan menjalankan skema ekonomi mikro yang berdampak pada makro. Domestik harus dikuatkan, sebagaimana menjadi fundamental ekonomi mikro. Selebihnya jika ekonomi domestik stabil, maka kekuatan dari bawah menjadi pondasi. Beriringan dengan menguatnya kepercayaan modal asing, jika meninjau makro ekonomi yang telah stabil.
Bukan hanya jempol yang dapat memicu sikap optimistisme pada setiap orang. Purbaya juga memiliki kelebihan dalam hal komunikasi. Ia pandai mengolah dan memilah kata serapan ekonomi, yang cocok sehingga mudah diterima khalayak. Ia menyampaikan kondisi ekonomi dengan bahasa yang sederhana. Purbaya juga menjelaskan, bahwa ekonomi Indonesia tetap dan selalu cerah.


