Cuaca Ekstrem Dikambing Hitamkan dan Pembenaran Rekayasa Kebijakan Ekologi
Dalam sebuah video dokumenter bertajuk “Years of Living Dangerously “, Harrison Ford terlibat didalamnya. Namun bukan mengisi peran sebagai Indiana Jones. Ford berperan sebagai pemandu, yang terlihat sangat geregetan dengan masifnya deforestasi. Di dalam helikopter yang mengudara, Ford memantau secara langsung kondisi kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Seketika dengan ekspresi kesal ia pun tidak sabar, ingin berjumpa langsung dengan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan 2009 – 2014).
Dalam transisi scene perbincangan tersebut, Ford mendatangi tempat Zulkifli Hasan berkantor. Mengucapkan terimakasih atas di luangkan waktu bertemu, dilanjutkan dengan menceritakan aktivitas mengelilingi Indonesia dalam beberapa pekan. Menjadi pilihan Ford dalam membuka topik pembahasan. Penekanan pembicaraan mulai terasa, saat Ford menyinggung 80% hutan telah dieksploitasi secara komersil. Menyisakan hanya sekitar 18% kawasan yang masih terjaga dalam 15 tahun.
Ketegangan pun memuncak saat Zulkifli Hasan merespon dengan penjelasan yang dibalut tertawa kecil. Ford langsung menegur dengan nada tegas “ini tidak lucu”. Zulkifli Hasan kembali menegaskan bahwa pemerintah sedang berupaya mencari solusi. Dalam menjaga keseimbangan, agar masyarakat yang bergantung pada hutan tidak kehilangan mata pencaharian.
Dalam cuplikan perbincangan tersebut, telah mengakomodir sebuah realita. Bahwasanya korelasi kuat antara bisnis dan politik. Memberikan dampak serius terhadap kondisi ekologi dan sosial (kesejahteraan). Refleksi bencana banjir yang melanda hampir keseluruhan pulau Sumatera pekan lalu. Bukan semata diakibatkan curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem. Melainkan kerusakan ekosistem yang berlangsung lama.
Pernyataan Ford diakhir perbincangan dengan Zulkifli Hasan, layak dijadikan sebuah refleksi. Apakah Indonesia optimistis menjaga hutan, atau bersiap mengalami kekalahan atas muslihat bisnis dan politik.
Demokrasi bukanlah alasan, dalam memutar balikkan fakta terhadap masifnya “deforestasi”.


