Menentukan pilihan, menggelar pertunjukan di Tel Aviv itu bukan sikap anti BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi). Berawal dari momen ini, Thom Yorke dan Radiohead mendapatkan persekusi, hingga banyak pula pendengar setia yang meninggalkannya.
Meletuslah performa Thom Yorke cs yang enerjik di Park HaYarkon, Tel Aviv, 19 Juli 2017. Walaupun berlangsungnya konser tersebut, dibawah tekanan seruan boikot.
Konser Radiohead di Tel Aviv, merupakan puncak tur dunia mereka. Konser yang spektakuler, mengenalkan album “A Moon Shape Pool”, dan memperingati dua dekade album “Ok Computer”. Lautan manusia memadati Park HaYarkon, hanyut dalam performa Radiohead yang memukau.
Jauh sebelum konser tersebut digelar. Artists for Palestine di Inggris meminta Thom Yorke cs, untuk membatalkannya. Musisi senior asal yang tergabung dalam Artists for Palestine, yakni Roger Waters, Thurston Moore dan Young Fathers. Mereka menandatangani surat terbuka, mengenai pembatalan konser atas dasar kemanusiaan, kepada Thom Yorke.
Surat digubris dengan respon elegan. Melalui tweetnya, Thom Yorke menyampaikan bahwa konser tersebut, bukan lah tentang Natanyahu ataupun Trump. Melainkan datang untuk penggemarnya.
Dibalik konser Radiohead di Tel Aviv, juga menghadirkan beberapa fenomena “menyatukan “ Israel-Palestina. Penggemar Radiohead asal Palestina, berbondong-bondong datang ke Israel dengan tujuan menikmati konser. Banyak penggemar yang tinggal di Judea dan Samaria, datang ke Tel Aviv.
Tidak ada kontak senjata, militer berupaya mengawal. Konser berakhir dengan kebahagiaan, musik menyatukan perbedaan. Thom Yorke dan Radiohead, mencoba mencari cara yang berbeda dalam upaya perdamaian.
Simak berikut infografisnya :
