Bank Dunia menilai harga beras di Indonesia tergolong tinggi, dibandingkan dengan negara lain di Kawasan Asean. Naasnya dibalik melambungnya harga beras, petani padi memiliki pendapatan lebih rendah, daripada petani yang menanam hortikulutra. Dalam menilai hal ini Bank Dunia mengacu pada data Badan Pusat Statistik. Dalam hasil Survei Pertanian Terintegritas, pendapatan petani kecil hanya sekitar Rp 5 juta per-tahun. Bank Dunia meyakini penyebab harga beras tinggi lantaran pemerintah Indonesia membatasi jumlah impor beras. Dibalik justifikasi Bank Dunia terhadap problematika ini, Bulog berpendapat bahwa melambungya harga beras dikarenakan perbuahan iklim, gangguan ekonomi, dan ketegangan geopolitik. Senada dengan pernyataan Badan Pangan Nasional (Bapanas), dalam menepis justifikasi Bank Dunia. Pemerintah Indonesia mengintruksikan Bapanas fokus menggenjot produksi beras dalam negeri.